Jumat, 27 Januari 2012

Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan Kucing


Cara Memonitor Kesehatan Kucing

Susahnya menjadi kucing karena tidak dapat mengatakan pada pemiliknya ketika mulai sakit. Pemiliknya baru mengetahui beberapa lama setelah si kucing menunjukkan perubahan tingkah laku seperti lebih sering tidur, tidak mau makan atau diare. Dan seringkali pemiliknya baru tahu ketika keadaan kucing sudah semakin parah dan terlambat untuk dibawa ke dokter hewan.

Seberapa baik anda mengenali kucing kesayangan Anda ?
Bagi yang belum mengenali kucingnya, maka yang terbaik dilakukan adalah waspada dan terbiasa mengenali tanda-tanda ketika kucing mulai sakit. Bisa saja mereka sudah sangat sakit sementara pemiliknya belum melihat gejala tersebut dengan jelas.

Kucing yang sehat selalu waspada dan responsif terhadap lingkungan atau sesuatu yang baru, mempunyai nafsu makan yang baik, jarang sekali makan berlebihan serta sering menjilati dan membersihkan bukunya (grooming). Kucing cenderung menyembunyikan sakitnya. Oleh karena itu sebaiknya waspada dan memperhatikan tanda-tanda di bawah ini yang merupakan cara untuk memonitor kesehatan kucing.
  • Pincang :
    Ada kemungkinan karena luka memar, gigitan, patah tulang.
  • Bersembunyi ditempat gelap atau dingin lebih dari 24 jam :
    Ada kemungkinan karena demam.
  • Mengeong terus-menerus :
    Ada kemungkinan karena Birahi (waktunya kawin) atau kesakitan.
  • Batuk terus-menerus :
    Ada kemungkinan karena flu kucing, penyakit pernafasan, tenggorokan tersumbat.
  • Menggaruk bulu :
    Ada kemungkinan karena terdapat parasit kulit & bulu (kutu, jamur, bakteri), atau karena infeksi /luka kulit.
  • Menggaruk telinga/menggoyangkan kepala terus-menerus :
    Ada kemungkinan karena telinga kotor, infeksi telinga, tungau/kutu telinga (ear mites).
  • Mengunyah terus-menerus :
    Ada kemungkinan karena benda asing tersangkut sekitar mulut.
  • Menjilat-jilat atau menggigit-gigit bagian tubuh tertentu terus-menerus :
    Ada kemungkinan karena kesakitan/gatal bagian tubuh pada bagian yang digigit.
  • Mata lesu/mengantuk, tidur seharian :
    Ada kemungkinan karena demam, kurang nutrisi, penyakit menular.
  • Marah/menolak digendong :
    Ada kemungkinan karena gangguan/sakit pada organ dalam (paru-paru, hati, ginjal, dll).
  • Hilang nafsu makan :
    Dapat dilihat dari jumlah makanan dalam piring makan kucing tidak berkurang.
  • Kurang minum atau minum berlebihan (tidak seperti biasanya) :
    Akan berakibat pada dehidrasi, diabetes.
  • Buang kotoran atau kencing di luar tempatnya (litter box) :
    Ada kemungkinan karena diare, gangguan hormon, gangguan saluran kencing.
  • Warna pucat atau kekuningan pada gusi atau sekitar mata :
    Ada kemungkinan karena dehidrasi, anemia, parasit darah.
  • Darah pada air kencing (urin) :
    Ada kemungkinan karena gangguan pada organ & saluran kencing atau parasit darah.
  • Bulu terasa kasar :
    Ada kemungkinan karena gangguan nutrisi, pencernaan, parasit pada bulu & kulit.
  • Lendir atau darah pada kotoran (pup) :
    Ada kemungkinan karena cacing, gangguan pencernaan, makanan tidak cocok.
  • Tidak pup lebih dari 1 hari :
    Ada kemungkinan karena dehidrasi, usus tersumbat hairball, gangguan pencernaan.
  • Diare terus menerus :
    Ada kemungkinan karena feline panleukopenia, makanan tidak cocok, parasit pencernaan.
  • Muntah terus menerus :
    Ada kemungkinan karena feline panleukopenia, gangguan pencernaan, makanan tidak cocok.
  • Perut gendut :
    Ada kemungkinan karena kembung, kegemukan (obesitas), pembengkakan hati.
  • Kurus :
    Berarti berat badannya berkurang.

Referensi : drh. Neno Waluyo S.


Jadwal Vaksinasi Kucing dan Jadwal Booster

Pemilik kucing wajib mengetahui jadwal vaksinasi kucing kesayangannya, dan jadwal booster-nya (Vaksin kedua/ulangan sering disebut booster). Berikut ini adalah jadwal vaksinasi kucing yang wajib diketahui dan dilakukan sesuai dengan usia/umur kucing tersebut.

Kucing berumur 8-10 minggu
  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
  • Pemberian Obat cacing

Kucing berumur 12-14 minggu
  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Ulangan Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)

Kucing berumur 20 minggu
  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Rabies

Khusus kucing berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah di vaksin sekalipun.
  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
  • Vaksinasi Rabies

Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk menjaga kandungan/titer antibodi dan kekebalan tetap tinggi.

Kucing kecil umur kurang dari 6 bulan divaksin tricat 2 kali dengan jarak sekitar 1 bulan. Ini adalah anjuran minimal. Berdasarkan kondisi beberapa tahun belakangan yang kekebalannya cenderung menjadi menurun. Maka untuk kucing umur 6 bulan - 1 tahun yang baru pertama kali vaksin, vaksin sekali saja tidak cukup, sehingga perlu divaksinasi ulang (booster).

Untuk kucing umur lebih dari 1 tahun yang belum pernah divaksin sama sekali, vaksin tricat/tetracat 1 tahun sekali saja cukup, tidak perlu booster (vaksinasi ulang) sebulan kemudian.

Untuk kucing dengan umum kurang dari 1 tahun yang belum pernah divaksin rabies, bisa di vaksin rabies minimal setelah berumur 4 bulan, setelah vaksin tricat pertama dan kedua diberikan (umumnya memberikan vaksin rabies pada kucing setelah umur 6-7 bulan).

Perlunya vaksin ulang dengan jarak sekitar 1 bulan, khusus untuk anak kucing umur kurang dari 6 bulan (<1 tahun), dikarenakan tingkat kekebalan kucing anakan (umur kurang dari 6 bln) yang baru pertama kali di vaksin, setelah divaksin, antibodi tidak dengan segera terbentuk dalam tubuh kucing.
Pada kucing yang sehat, baru mulai terjadi peningkatan jumlah antibodi 2-4 minggu setelah vaksinasi. Puncaknya terjadi beberapa minggu setelah kenaikan tingkat kekebalannya dimulai, setelah itu tingkat kekebalannya akan berkurang perlahan-lahan. Walaupun telah mencapai puncak, jumlah/titer antibodi yang dihasilkan biasanya belum cukup untuk melindungi kucing dari penyakit. Oleh karena itu perlu vaksin booster/ulangan sekitar 1 bulan setelah vaksin pertama.

Sesuai namanya booster (vaksin ulang) akan menyebabkan jumlah antibodi menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada vaksin pertama.

Antibodi yang terbentuk setelah vaksin kedua biasanya cukup untuk melindungi kucing dari penyakit. Setelah mencapai puncak, secara perlahan-lahan jumlah antibodi akan berkurang. Waktu berkurangnya antibodi yang dihasilkan setelah vaksin ulangan biasanya jauh lebih lama daripada vaksin pertama.

Ada 2 alasan utama mengapa anak kucing perlu divaksin dua kali/booster :
Pertama, sistem kekebalan aktif (yang berasal dari tubuh sendiri) belum kuat, sehingga antibodi yag dihasilkan dari vaksin pertama biasanya jumlahnya belum cukup.
Kedua, anak kucing masih mempunyai kekebalan pasif (antibodi maternal) yang berasal dari induk.

Jadi jangan lupa, terhadap jadwal vaksinasinya, termasuk booster (vaksinasi ulang).


Cara Membasmi Kutu Pinjal Kucing

Pengetahuan mengenai siklus hidup pinjal perlu kita ketahui agar mengerti cara membasmi pinjal dengan tuntas. Berdasarkan pola siklus hidupnya, kita dapat mengetahui bahwa tidak ada pengobatan atau cara membasmi pinjal yang hanya cukup dilakukan sekali saja.

Sebagian besar obat pembasmi pinjal hanya membunuh pinjal dewasa, tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu bila pengobatan tidak diulang, telur yang menetas dan menjadi pinjal dewasa akan kembali menggigit kucing serta menelurkan kembali beberapa ratus telur pinjal.

Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk membasmi pinjal :

Suntikan Ivermectin
Banyak orang salah kaprah menyebut suntikan ivermectin adalah suntikan anti jamur. Sebenarnya ivermectin tidak dapat membasmi jamur. Ivermectin dapat dipergunakan untuk membasmi cacing dan ektoparasit seperti kutu (pinjal, caplak dan tungau). Sepertihalnya obat lain, ivermectin hanya membunuh cacing/kutu dewasa, tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu diperlukan setidaknya 3 kali suntikan ivermectin dengan jarak 3-4 minggu. Injeksi ivermectin harus dilakukan dengan hati-hati pada kucing umur kurang dari 4 bulan *. Suntikan ivermectin tidak dianjurkan pada anak kucing berumur kurang dari 2 bulan, karena dapat menyebabkan keracunan dan mengganggu perkembangan ginjal.

Untuk pencegahan cacing & kutu pada kucing dewasa, suntikan ivermectin dapat dilakukan 2-4 kali setiap tahunnya.

Obat Tetes & Spray
Ada banyak obat tetes & spray anti kutu yang di jual di petshop-petshop, seperti Accurate, Revolution dan Frontline. Perhatikan aturan pakai setiap obat, biasanya obat-obatan tersebut tidak dianjurkan digunakan pada kucing dibawah umur 2 bulan.

Obat tetes biasanya diteteskan di kulit pangkal kepala di bagian belakang, dimana kucing tidak bisa menjilat bagian tersebut. Obat tetes Frontline cukup efektif membasmi kutu/pinjal selama 1 bulan. Agar tuntas sebaiknya diulang 1 bulan kemudian.

Untuk pencegahan, pemberian obat tetes dapat dilakukan 2-3 kali setahun

Shampoo anti kutu
Shampoo anti kutu cocok digunakan pada anak kucing berumur kurang dari dua bulan yang belum dapat diobati anti kutu lainnya. Beberapa pemilik kucing dewasa juga lebih menyukai cara ini karena selain dapat membasmi kutu/pinjal, juga membuat kucing lebih bersih. Pada saat memandikan, sebaiknya shampoo digunakan dua kali. Basahi rambut kucing secara merata, tambahkan shampoo secara merata, bersihkan dan bilas dengan air (air hangat). Kemudian setelah bersih tambahkan kembali shampoo, ratakan, biarkan + 5-10 menit baru kemudian dibersihkan. Setelah bersih keringkan dengan handuk dan hairdryer. Agar tuntas sebaiknya mandi shampoo anti kutu diulang dua minggu kemudian. Setelah itu, untuk tujuan pencegahan, pemberian shampoo dapat dilakukan 1 bulan sekali.

Pada kasus parah disertai komplikasi, diperlukan kombinasi beberapa cara sekaligus. Dan yang tidak kalah penting adalah membersihkan kandang, lantai dan tempat tidur kucing. Karena telur kutu bisa saja terdapat di sela-sela kandang, retakan lantai atau alas tidur kucing. (Ref : drh. Neno WS)

Referensi :
Lewis DT, Merchant SR, Neer TM. Ivermectin toxicosis in a kitten. J Am Vet Med Assoc.


Karang Gigi Gangguan Utama pada Gigi Kucing

Penyakit dan gangguan pada gigi kucing banyak jenis dan penyebabnya. Sebagian besar disebabkan oleh terbentuknya karang gigi/tartar. Salah satu penyakit lanjutan yang disebabkan oleh tartar adalah penyakit pinggiran/sekitar gigi, yang dalam bahasa kedokteran lazim disebut penyakit periodontal. Bila tidak segera ditangani, penyakit periodontal ini dapat berlanjut menjadi penyakit gigi atau penyakit lain yang lebih parah.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, sekitar 70 % kucing-kucing yang berumur di atas tiga tahun mengalami gangguan/penyakit pada gigi. Jika dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan kerusakan permanen pada gigi, gusi dan tulang rahang. Berbagai gangguan dan penyakit pada gigi ini dapat dicegah dengan menghentikan pembentukan plak/karang gigi pada kucing.

Pembentukan karang gigi
Plak adalah timbunan berwarna kuning yang terdiri dari sisa-sisa makanan, jaringan mulut yang sudah mati dan bakteri pembusuk. Semua bahan-bahan tersebut menempel dan menumpuk di sekitar permukaan gigi. Lama kelamaan jumlahnya semakin banyak kemudian mengeras dan membentuk karang gigi/tartar. Pada awalnya pembentukan karang gigi terjadi dibagian dasar gigi, kemudian semakin menyebar dan dapat menutupi seluruh permukaan gigi.

Cara mengetahui apakah kucing anda mempunyai masalah karang gigi.
Karang gigi dan bakteri yang terdapat didalamnya dapat menyebabkan berbagai penyakit dan komplikasinya. Salah satu yang cukup jelas adalah nafas kucing yang berbau tidak sedap/busuk. Lebih lanjut, tartar dapat menyebabkan sakit dan peradangan pada gusi, akibatnya kucing Mengalami kesulitan pada saat makan atau bahkan dapat menghilangkan nafsu makan.

Jika kucing anda meneteskan liur berlebihan, menggoyang-goyangkan kepala atau mencakar-cakar mulutnya, ada kemungkinan kucing tersebut mengalami gangguan pada mulut atau giginya. Gambar berikut menunjukkan radang gusi pada kucing akibat penumpukan plak di gigi.

Karang gigi dapat mempengaruhi kesehatan kucing anda
Masalah utama disebabkan oleh tartar yang tersembunyi/tertutup oleh gusi. Bakteri yang terdapat didalammnya akan menyerang jaringan gusi disekitarnya menyebabkan radang dan sakit. Radang pada gusi sering disebut gingivitis. Infeksi pada gusi dapat menyebar ke akar gigi. Nanah yang terbentuk akibat infeksi bisa saja menumpuk di sekitar akar gigi dan menyebabkan abses yang sangat menyakitkan.

Jika dibiarkan, penyakit akan berkembang, gigi menjadi goyah dan mudah lepas. Belum lagi masalah lain yang disebabkan hilangnya nafsu makan akibat rasa sakit pada gigi & gusi. Bakteri dan racun/toksin yang diproduksi bakteri dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan organ-organ lain seperti hati, ginjal dan jantung.

Perubahan jenis makanan dapat membantu mengontrol karang pada gigi
Di alam bebas, kucing-kucing yang hidup liar di hutan mempunyai gigi yang lebih bersih. Karena dietnya terdiri bahan-bahan yang lebih keras daripada yang terdapat dalam makanan komersial yang banyak dijual di petshop. Secara alamiah kucing-kucing tersebut makan tulang mentah, bulu & rambut dari tikus hutan & burung kecil. Bahan-bahan tersebut membantu mengurangi pembentukan tartar.

Mengganti makanan lunak dengan makanan kering atau berserat tinggi dapat membantu memperlambat pembentukan tartar. Semakin banyak usaha mengunyah semakin besar gesekan makanan dengan gigi sehingga pembentukan tartar semakin lambat. Selain itu usaha mengunyah dapat memancing pengeluaran air liur yang mengandung antibiotik alamiah sehingga dapat membantu membunuh bakteri penyebab infeksi.

Yang dapat dilakukan untuk menjaga gigi kucing tetap bersih
Menyikat gigi kucing sama pentingnya dengan mencegah pembentukan tartar. Idealnya seekor kucing harus mulai dibiasakan disikat giginya sejak masih kecil. Sikat kecil untuk bayi, dengan bulu sikat yang lembut dapat digunakan untuk menyikat gigi kucing. Sikat gigi khusus kucing dapat dibeli di petshop-petshop. Jangan gunakan pasta gigi manusia untuk membersihkan gigi kucing. Pasta gigi manusia mengandung menthol yang dapat menyebabkan kucing tidak nyaman. Gunakan gel atau pasta gigi khusus kucing/anjing yang dapat ditemukan di petshop-petshop. Pasta gigi jenis ini aman bila ditelan oleh kucing atau anjing.

Dalam keadaan terpaksa, dapat digunakan pasta gigi untuk bayi. Cari yang rasa mentholnya tidak terlalu menyengat/tanpa menthol sama sekali. Selalu bersihkan pasta gigi yang tersisa di mulut. Lainhalnya dengan pasta gigi khusus kucing/anjing, biasanya tidak perlu dibersihkan karena aman bila ditelan (Selalu baca petunjuk penggunaan pasta gigi khusus untuk hewan).

Bila kucing anda tidak mau disikat giginya
Pada awalnya kucing anda mungkin menolak dan sangat sulit untuk disikat giginya. Dengan sedikit pemaksaan, kelembutan dan kesabaran, hampir semua kucing dapat dilatih dan terbiasa untuk menerima bila giginya dibersihkan.

Rutin menyikat gigi kucing setiap hari atau setidaknya dua kali seminggu secara signifikan mencegah pembentukan karang gigi dan menghindari timbulnya penyakit pada gigi. Dan yang pasti nafas kucing tidak berbau busuk.


Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karang Gigi

Banyak hal yang dapat mempengaruhi pembentukan plak dan perkembangan penyakit yang diakibatkannya, diantaranya adalah :

Umur dan kesehatan.
Penyakit periodontal terutama menyerang hewan-hewan tua berumur diatas 3 tahun. Biasanya tartar yang terbentuk selama tiga tahun tersebut jumlahnya mulai banyak dan mempengaruhi gusi, serta jaringan sekitar.

Jenis makanan dan kebiasaan mengunyah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan kering lebih baik dalam mencegah penumpukan plak di gigi bila dibandingkan dengan makanan basah/kalengan.

Ras, genetik dan susunan gigi geligi.
Kucing persia & eksotik mempunyai resiko dan kecenderungan pembentukan tartar yang lebih besar bila dibandingkan dengan ras lain. Kombinasi anatomi & Bentuk muka/kepala yang bulat, mempermudah sisa-sisa makan tertinggal diantara pipi dan gigi atau disudut-sudut mulut.

Kucing-kucing pesek dengan muka bulat, biasanya mempunyai susunan gigi-geligi yang lebih sempit/padat dan terbentuk semacam kantong diantara gigi dan pipi. Kucing-kucing dengan bentuk kepala mancung seperti siam, oriental, kucing lokal, dll tidak mempunyai kantong ini. Selain itu susunan gigi-geligi kucing-kucing tersebut juga lebih jarang, tidak sepadat persia.

Perawatan kucing oleh pemilik.
Perawatan gigi kucing, seperti disikat secara rutin sangat berguna untuk mengurangi timbunan plak dan perkembangan tartar. Akibatnya resiko terkena penyakit periodontal juga semakin berkurang.

Keadaan lingkungan mulut.
Semakin asam air liur dan keadaan mulut, semakin cepat pembentukan & perkembangan tartar. Kucing yang sering membuka mulut (bersuara atau menjilati badan) mempunyai kecenderungan mulut yang lebih kering. Akibatnya lingkungan mulut tidak terlalu asam dan pembentukan tartar lebih lambat.

Sejumlah bakteri yang terdapat di mulut dapat mempengaruhi pembentukan tartar dan mempertinggi resiko penyakit periodontal.

Referensi : drh. Neno Waluyo S.


Jangan Memberi Parasetamol pada Kucing

Kucing sangat rawan terkena keracunan obat-obatan anti radang/penurun panas seperti aspirin atau parasetamol/acetaminophen. Ketidaktahuan mengenai kucing dan obat-obatan yang tabu diberikan pada kucing, dapat menyebabkan kematian pada kucing kesayangan anda.

Acetaminophen/Parasetamol.
Para dokter hewan sering memberikan parasetamol/acetaminophen dengan dosis rendah untuk mengendalikan rasa sakit pada anjing. Kucing lain lagi,....Jangan pernah memberikan acetaminophen/parasetamol pada kucing. Dosis rendah sekalipun dapat menyebabkan keracunan atau memperburuk kondisi kucing.

Banyak merk obat-obatan manusia yang mengandung parasetamol/acetaminophen. Faktanya hampir semua obat-obatan penurun panas mengandung zat tersebut. Beberapa yang cukup terkenal dan mudah didapat adalah bodrex,tempra, biogesic, panadol, sanmol, paracetamol, poldan, dll. Jangan pernah berikan obat-obatan tersebut pada kucing.

Bagaimana Parasetamol dapat Memperburuk Kondisi Kucing.
Sebagian besar enzim yang bertugas memecah obat-obatan terdapat di hati/liver. Salah satu enzim bernama glukuronil transferase bertugas menempelkan molekul glukuronid pada molekul obat dan membuatnya tidak aktif sehingga dapat dibuang melalui ginjal (air kencing).

Kucing adalah salah satu spesies dengan jumlah enzim glukuronil transferase yang sangat sedikit. Oleh karena itu obat-obatan yang menggunakan enzim tersebut, tidak dapat dibuang dengan sempurna melalui ginjal. Obat-obatan tersebut cenderung tetap aktif, terakumulasi dalam aliran darah dan menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ.

Pada dosis berlebihan, parasetamol dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel-sel hati pada anjing. Sedangkan pada kucing menyebabkan gangguan metabolisme hemoglobin yang sering disebut methemoglobinemia.

Methemoglobin adalah bentuk hemoglobin yang tidak dapat mengikat & mentranspor oksigen. Methemoglobin yang berlebihan dalam darah mengakibatkan darah kucing tidak dapat mengangkut oksigen, tubuh kucing jadi kekurangan oksigen, jantung berdetak dengan cepat, nafas terengah-engah, dan selaput lendir mulai berwarna coklat tua. Lebih lanjut dapat menyebabkan kematian.

Pengobatan Keracunan Parasetamol.
Tindakan pengobatan keracunan parasetamol meliputi pemberian oksigen tambahan, infus dan obat-obatan seperti asetilsistein dan vitamin C. Sebagai tambahan bisa diberikan asam amino Cysteine. Asam amino ini diperlukan agar hati dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.

Tanda-tanda/gejala Keracunan Paracetamol.
Gejala-gejala di bawah ini dapat muncul 1-4 hari setelah pemberian parasetamol :
  • Air liur menetes secara berlebihan (hipersalivasi).
  • Sakit di daerah perut.
  • Selaput lendir berwarna coklat-abu.
  • Nafas terengah-engah.
  • Bengkak di wajah, leher dan kaki.
  • Hipotermia (suhu badan rendah).
  • Langkah kaki tidak terkoordinasi (ataksia).
  • Urin berwarna coklat tua/gelap.
  • Muntah.
  • Depresi.
  • Jaundice /penyakit kuning (seluruh badan berwarna kuning).
  • Koma.
  • Kematian.

Referensi : drh. Neno Waluyo S.


Tuntas Membasmi Cacing

Agar dapat dengan tuntas membasmi cacing, diperlukan pengetahuan mengenai siklus hidup cacing dan cara obat cacing bekerja. Cacing pita mempunyai siklus hidup dan cara penyebaran yang berbeda dengan cacing gelang. Lihat cacing pita pada kucing dan cacing gelang

Cara Kerja Obat Cacing.
Sebagian besar obat cacing hanya dapat membasmi cacing dengan jalan merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak membasmi telur cacing. Oleh karena itu, pemberian obat cacing perlu diulang dalam jangka waktu tertentu agar cacing yang baru menetas dari telur dapat segera dibasmi sebelum menjadi dewasa dan menghasilkan telur cacing baru.

Jenis Obat Cacing Dan Targetnya.
Obat cacing yang mengandung bahan aktif pyrantel, febendazole, mebendazole dan febantel hanya dapat merusak sistem syaraf cacing gelang. Obat-obat ini tidak berpengaruh terhadap cacing pita. Obat lain yang sering digunakan untuk membasmi kutu (pinjal) dan tungau (scabies, demodex, dll) adalah suntikan ivermectin. Obat ini sering salah kaprah disebut "suntik jamur". ivermectin juga dapat digunakan untuk membasmi cacing gelang, tetapi tidak berpengaru terhadap cacing pita . Sedangkan cacing pita pada kucing hanya dapat dibasmi dengan obat yang mengandung prazyquantel atau dichlorphen.

Obat Cacing Yang Terdapat Di Pasaran.
  • Combantrin (pfizer) : mengandung bahan pyrantel, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik
  • Vermox : mengandung bahan mebendazole, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik.
  • Drontal Cat (bayer) : mengandung bahan pyrantel dan prazyquantel, Paling baik digunakan pada kucing, Dapat membasmi cacing pita dan cacing gelang, Bisa dibeli di petshop atau dokter hewan.
  • Drontal Plus (bayer) : mengandung bahan prazyquantel, pyrantel dan febantel. Biasa digunakan pada anjing, bisa juga diberikan pada kucing (dosis disesuaikan). JANGAN diberikan pada kucing yang sedang bunting !. Febantel dapat menyebabkan cacat pada janin kucing.

Konsultasikan dosis masing-masing obat cacing pada dokter hewan terdekat. Hindari sebisa mungkin memberikan obat cacing pada kucing bunting ( hamil). Pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan sebekum kucing kawin atau setelah melahirkan.

Rekomendasi program rutin pemberian obat cacing (pencegahan).
2-4 kali setahun, setiap pemberian obat diulang dua minggu kemudian. Frekuensi pemberian tergantung kondisi kucing dan lingkungan. Kucing yang biasa bermain di kebun atau outdoor sebaiknya lebih sering diberi obat cacing.

Selalu menjaga kebersihan litter (pasir kucing), ganti dengan yang baru. Usahakan satu kucing satu kotak pasir.

Rekomendasi program membasmi cacing pita D. caninum.
(bila kucing positif terinfeksi)
Cacing pita D. caninum dapat menyebar melalui gigitan pinjal (lihat cacing pita). Oleh karena itu program pemberian obat cacing harus berjalan bersamaan dengan program pembasmian pinjal kucing. Obati semua kucing yang berada dalam satu ruangan (meskipun berbeda kandang), karena pinjal dapat pindah ke kucing lain yang berbeda kandang.

Pemberian obat cacing (drontal/prazyquantel) dilakukan bersamaan dengan obat anti kutu seperti frontline cat spot on (obat tetes) atau suntikan ivermectin. Dilakukan 2-3 kali berturut-turut dengan selang waktu 3-4 minggu.

Referensi : drh. Neno Waluyo S.


Tidak Memberikan Imboost, Stimuno & Inmunair
pada Kucing Sakit

Sejak beberapa tahun lalu, para dokter hewan mulai sering meresepkan produk-produk peningkat kekebalan tubuh untuk manusia (imunomodulator/imunostimulan) seperti imboost, stimuno, fituno, dsb. Setidaknya ada sekitar 15 merek produk sejenis dengan berbagai macam kandungan yang berbeda.

Sekitar 1-2 tahun lalu (tahun 2007/2008) di negara tercinta ini masuk produk imunomodulator khusus ternak yang berasal dari spanyol bernama Inmunair. Setahun belakangan sering ditemukan produk ini juga banyak digunakan oleh para dokter hewan praktek pada anjing & kucing yang sedang sakit. Katanya dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh hewan.

Sejak tahun 2009 sebagian dokter hewan sudah tidak lagi memberikan produk imunostimulan tsb pada hewan yang sedang sakit/sakit parah. Alasannya diuraikan berikut ini.

Tentang Produk Imunostimulan Manusia.

Setidaknya ada sekitar 15 brand imunostimulan yang ada di Indonesia (bisa lihat di MIMS atau ISO terbaru). Merk yang cukup terkenal & sering digunakan adalah imboost & stimuno Kandungan utama sebagian besar imunostimulan adalah Echinacea. Beberapa brand menggunakan kombinasi bahan tambahan seperti vitamin, ekstrak meniran, ekstrak mengkudu, ekstrak berry, bahkan ada yang menambahkan ekstrak jamur kayu yang dipercaya mempunyai efek penyembuhan.

Ada beberapa spesies Echinacea, ekstrak yang digunakan bisa berasal dari akar, batang atau, daun atau bunga. Masing-masing spesies 7 & bahan mempunyai kandungan yang berbeda.

Tentang kandungan & cara kerja.
Bagaimana kerja Echinacea meningkatkan kekebalan tubuh, masih belum banyak diketahui secara spesifik. Sebagian besar jurnal penelitian belum memberikan informasi yang lengkap.

Karakteristik kandungan sebagian besar produk imunostimulan adalah lipopolisakarida dan zat-zat lain yang sama-sama merupakan zat berukuran bermolekul besar. Kebanyakan zat bermolekul besar akan dianggap sebagai benda asing/alergen bila dimasukan ke dalam tubuh. Akibatnya system kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap benda asing tersebut. Sistem kekebalan menjadi aktif dan memproduksi berbagai zat & antibodi untuk menyingkirkan benda asing. Pemberian terus menerus dapat melatih & memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.

Efek pemberian jangka panjang belum banyak diketahui. Beberapa zat seperti ekstrak meniran dapat menyebabkan ganguan ginjal dan tidak boleh digunakan pada wanita hamil.

Ilustrasi sederhana mengenai cara kerja imunostimulan adalah, kerjanya "menampar" sistem kekebalan tubuh secara pelan-pelan sehingga tetap bangun dan aktif. Efek jangka panjangnya ? ... bayangkan saja bagaimana bila anda "ditampar" untuk tujuan baik, secara pelan-pelan dan terus menerus. Awalnya mungkin sedikit terganggu, kemudian mulai terbiasa (karena sadar hal tersebut untuk tujuan baik), lama-lama pasti kesal dan memberikan reaksi negatif.

Begitu juga dengan sistem kekebalan. Awalnya akan kaget dan bangun, bereaksi memproduksi antibodi & zat lainnya. Lama-lama akan terbiasa dan memproduksi zat-zat tersebut secara konstan pada konsentrasi yang lebih rendah dari awal. Bila hal ini terus berlangsung, akan terjadi penumpukan zat-zat tersebut. Sialnya, kebanyakan zat-zat tersebut adalah juga molekul berukuran besar. Sekali lagi, zat bermolekul besar sering dianggap benda asing/alergen oleh tubuh. Akibatnya tubuh akan menganggap zat-zat kekebalan tubuh yang diproduksi sendiri tersebut sebagai benda asing, dan kemudian akan memproduksi zat-zat kekebalan tubuh lain untuk melawan zat-zat kekebalan tubuh yang sudah diproduksi sebelumnya.

Dalam dunia kedokteran & kesehatan kondisi di atas sering disebut Autoimun. Dengan kata lain tubuh berusaha menghancurkan diri sendiri (ga kompak, kacau deh).

Tentang Produk Imunostimulan Untuk Hewan (Inmunair).
Berdasarkan informasi dari websitenya, Inmunair mengandung propionilbacterium acnes non aktif, Lipopolisakarida E.coli, Thiomersal dan bahan tambahan lain.

Inmunair diperuntukkan bagi hewan ternak ayam (pedaging) dan tidak terdapat pada kategori produk untuk pet (http://www.calier.es/eng/productos.html). Saya belum mendapatkan informasi/alasan kuat disertai hasil penelitian, mengapa produk ini bisa digunakan di hewan kesayangan (anjing & kucing).

Tentang kandungan Inmunair & cara kerjanya.

Sel Propionilbacterium acnes non aktif.
Bakteri ini adalah bakteri yang pertumbuhannya lambat dan sering terdapat pada jerawat manusia. Bakteri yang sudah dimatikan yang digunakan dalam inmunair, fungsinya sama seperti echinacea. Bertindak sebagai zat bermolekul besar dan benda asing bagi tubuh.

Lipopolisakarida E. Coli
Bagian dari bakteri E. Coli. Merupakan zat bermolekul besar. Fungsinya sama seperti echinacea & propionilbacterium non aktif, yaitu bertindak sebagai benda asing/alergen bagi tubuh.

Thiomersal
Sering disebut juga thimerosal atau sodium ethylmercurithiosalicylate. Merupakan molekul organik yang mengandung merkuri, sering digunakan sebagai antiseptik & adjuvant (pelarut untuk meningkatkan efek vaksin) vaksin manusia. Penggunaan zat ini sebagai adjuvant masih bersifat kontroversi karena diduga menyebabkan autis pada anak-anak. Selain itu zat ini berbahaya/toksik pada manusia bila diberikan secara oral atau topikal pada mukosa & saluran pernafasan (info dari wikipedia). Saya belum mendapat informasi mengenai efeknya bila diberikan oral pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.

Mengapa tidak memberikan Imunostimulan/imuno modulator pada anjing & kucing yang sedang sakit/sakit parah.
Berdasarkan informasi dari berbagai jurnal penelitian mengenai zat yang terkandung dalam produk-produk di atas, alasannya diuraian berikut ini.

Pada saat sakit/awal penyakit (terutama yang disebabkan oleh virus) sebagian besar metabolisme energi aerob (pakai oksigen) tubuh diambil alih oleh mikroorganisme (virus, bakteri, dll). Tubuh Cuma kebagian metabolisme energi yang anaerob dan sebagian kecil yang aerob. Akibatnya produksi energi berkurang drastis karena metabolisme yang anaerob hanya memproduksi energi maksimal 60 % dari yang normal (aerob). Selain itu hasil sampingannya berupa asam laktat juga melimpah. Asam laktat adalah bukti metabolisme energi tidak sempurna/maksimal. Asam laktat menyebabkan tubuh/otot terasa sakit/pegal-pegal. Contoh hal ini terlihat ketika kita mulai terserang flu, badan terasa lemas (karena kurang energi metabolisme anaerob) dan pegal-pegal.

Reaksi-reaksi kekebalan tubuh memerlukan energi yang banyak. Bagaimana mungkin bisa membuat zat kekebalan dan melawan infeksi, bila sebagian besar generator energi diambil alih oleh penyakit (bakteri, virus dll). Oleh karena itu kita perlu memberikan asupan energi yang mudah dicerna seperti ATP dan atau karbohidrat sederhana yang mudah menghasilkan energi seperti madu, fruktosa, dll. Ada jalur metabolisme energi singkat yang merubah karbohidrat langsung menjadi oksidator/pembasmi penyakit tanpa melalui jalur norma/siklus Krebs.

Pada saat fase awal pemberian, produk imunostimulan yang ada sekarang ini (stimuno, inmunair, imboost, dll) menyebabkan imunosupresi (info dari jurnal hasil penelitian). Dengan kata lain menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Bukannya meringankan penyakit, malah memperberat beban tubuh. Coba bayangkan beban tubuh yang sudah kekurangan energi akibat generator energi diambil alih penyakit, ditambah pemberian imunostimulan yang bekerja menjadi alergen/benda asing (mirip dengan penyakit) dan memaksa sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap imunostimulan, sementara sistem kekebalan tubuh juga masih harus melawan penyakit.

Secara sederhana, pada saat sakit & kekurangan energi, sistem kekebalan tubuh hanya bekerja melawan penyakit. Bila diberi imunostimulan, pekerjaan sistem kekebalan tubuh bertambah karena harus juga memproduksi zat kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap imunostimulan.

Fase berikutnya dari pemberian imunostimulan adalah peningkatan zat-zat kekebalan tubuh yang bisa membantu melawan penyakit. Pada manusia ini terjadi sekitar 1-2 minggu setelah pemberian terus menerus. Fase kedua sangat tergantung degan kondisi tubuh orang/hewan yang sakit. Bila kondisi hewan/infeksi sudah berat, fase kedua ini kemungkinan besar tidak akan pernah terjadi.

Pada kasus infeksi virus seperti panleukopenia, calici & rhinotracheitis, kita berlomba dengan virus dan waktu. Secepat mungkin mensupport kucing agar mampu melawan virus. Biasanya dalam waktu sekitar 1 minggu sudah mulai terlihat virus sudah bisa dilawan atau tidak. Setelah kondisi mulai membaik sekitar 1.5 - 2 minggu, tubuh mulai punya cukup energi untuk menjalankan berbagai metabolisme dan bisa menjalankan sistem kekebalan tubuh yang "seperti normal" barulah berbagai produk imunostimulan bisa diberikan untuk mempercepat dan menuntaskan persembuhan. Dengan syarat harus bisa menjamin masuknya nutrisi dan energi yang cukup bagi kucing.

Pada kasus virus yang menyerang langsung sistem kekebalan tubuh, atau membuat sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi sempurna, seperti Feline Leukemia (FLV), Feline Infectious Peritonitis (FIP) dan AIDS kucing (Feline Immunodeficiency Virus/FIV), pemberian produk-produk imunostimulan/ imunomodulator di atas kelihatannya akan semakin memperparah kondisi kucing. Penyakit-penyakit ini agak sulit didiagnosa dan sering salah didiagnosa oleh para dokter hewan seluruh dunia.

Referensi : drh. Neno Waluyo S. 





Sumber :
Tulisan pada halaman ini dari berbagai sumber, antara lain dari kucing.biz dan dari dompi.co.id, flamboyan.co.id, CFI, ICA, CFSI, dsb yang telah disempurnakan (diupdate) isi atau materinya. 
Bila anda ingin mengcopy tulisan maupun gambar2 pada situs ini, silakan saja, tidak masalah, hitung2 turut mencerdaskan masyarakat dan nambah amal plus pahala. Tentu saja jangan lupa mencantumkan sumbernya, rumah kucing Ok, salam kucing

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2010-2012 Rumah Kucing | by Cat Lovers